FORKOWAS.id – Pimpinan Cabang (PC) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PERGUNU) Kabupaten Sumedang menggelar konferensi ke-2, Rabu (15/2/2023).
Konferensi dilaksanakan di Aula Gedung PCNU Sumedang yang juga hadiri KH. Sa’dulloh selaku Dewan Pakar Pimpinan Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama.
Ikut hadir juga, Dr. H. Saepuloh Ketua Pimpinan Wilayah PERGUNU Jawa Barat beserta para ketua Pimpinan Anak Cabang se-Kabupaten Sumedang.
Dari total 26 Kecamatan yang ada di Sumedang, baru 18 PAC yang sudah terbentuk, dan sekarang hadir ada 14 PAC.
“Artinya, sudah melebihi 50%, sehingga kita bisa melaksanakan konferensi,” kata Agus selaku Ketua PC PERGUNU Kabupaten Sumedang.
Konfercab kedua ini bertemakan berkembang “Arah dan Strategi PERGUNU Kabupaten Sumedang di abad ke dua Nahdlatul Ulama”.
Pemilihan Ketua PC PERGUNU dilaksanakan secara demokratis dan ada tiga nama yang menjadi bakal calon.
Diantaranya, Agus Lustriana, Sumpena Saripudin dan Endang.
Dari total 14 suara, Agus Lustriana terpilih jadi Ketua PC PERGUNU Kabupaten Sumedang masa khidmat 2023-2028 dengan memperoleh 11 suara.
Sedangkan Sumpena memperoleh 2 suara dan Endang hanya memperoleh 1 suara.
KH. Sa’dulloh mengatakan PERGUNU Sumedang dulu pas awal-awal hanya nama saja, alias tulis tonggong.
“Guru yang tergabung di Nahdlatul Ulama Kabupaten Sumedang itu ada sekitar 700 orang,” ujarnya.
“Itu, ada di setiap kecamatan apalagi kalau digabungkan dengan guru-guru yang ada di pesantren,” kata dia.
Sebanyak 700 orang itu baru di sekolah-sekolah yang lebelnya Nahdlatul Ulama, ini potensi yang sangat luarbiasa.
“Tapi sekarang kita bisa menyaksikan dengan seksama, PERGUNU Sumedang sudah besar, tentu eksistensi yang seperti ini sangat terpengaruh keberadaan oleh pengurus-pengurus baik dipusat ataupun di wilayah,” katanya.
KH. Sa’dulloh mengapresiasi dan bangga kepada Ketua PERGUNU Jawa Barat.
“Kesibukannya ngurus PERGUNU itu luar biasa. Sehingga hampir tidak ada waktu untuk keluarga. Keliling-keliling terus, ini bukti dengan silaturahim maka kegiatan PERGUNU ini bisa berjalan dengan baik,” ucapnya.
“Maka nanti setelah terbentuk kepengurusan yang baru, akan silaturahim,” tegasnya.
Jadi, pengurus itu harus mampu melayani, bukan dilayani.
“Kalau ini bisa berjalan di Nahdlatul Ulama di abad ke dua ini, bisa lebih maju lebih baik lagi. Karena potensinya luar biasa dengan masa yang banyak, cendikiawan yang banyak, ditopang dengan kekuatan religiusitas nya juga di Nahdlatul Ulama maka ini akan menjadi panutan bagi seluruh masyarakat bahkan di seluruh dunia,” kata dia.
Sementara itu, H. Asep Saepulloh menyampaikan saat ini tidak sedikit orang yang berbondong-bondong ingin masuk ke PERGUNU.
“PERGUNU bukan lembaga akademik, artinya tidak membutuhkan gelar, tidak perlu professor, tidak perlu doctor dan ini bukan instansi pemerintahan, artinya tidak membutuhkan jabatan,” tegas H. Asep.
PERGUNU adalah pengurus yang bisa meluangkan waktu untuk mengurus Persatuan Guru Nahdlatul Ulama.
“PERGUNU adalah organisasi profesi, kita harus fokus bagaimana meningkatkan kualifikasi, meningkatkan kompetensi, guru-guru yang tergabung,” ujar H. Asep.
“Selanjutnya kita harus berpikir bagaimana kita membantu kesejahteraan guru-guru Nahdlatul Ulama.
Sebab, masih banyak guru-guru yang gajinya belum jelas.
“Tidak hanya itu, kita harus membantu karya-karya gurunya, karya ilmiahnya, atau produknya,” kata dia.
Hal tersebut, agar produk itu mendapatkan hak cipta dan ketika itu produktif, hasilnya bisa diteruskan turun temurun supaya bisa menjaga kesejahteraan para guru.
“Di abad kedua NU ini, tantangan akan lebih besar. Kita membutuhkan sumber daya manusia yang betul-betul handal,” ucapnya.
Dikatakan, skillnya bagus, cerdas, dan memiliki memobilitas tinggi untuk membawa PERGUNU lebih maju. ***
Komentar